Satlogi Santri

Satlogi santri merupakan ide ideal yang secara filosofis merupakan dambaan yang harus dicapai oleh setiap santri yang digagas oleh KH. Hasan Saifourridzal, sang khalifah ketiga Pesantren Zainul Hasan Genggong bahwa santri harus mengamalkan hal-hal sebagai berikut:

 

S (Sopan santun)

Sopan santun dapat diartikan sebagai berperilaku baik. Perilaku ini sebagai implementasi atas hadis Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, “Sesungguhnya, aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.”

Santri MA Model Zainul Hasan dididik sopan santun melalui latihan berperilaku baik seperti tidak mengejek, tidak menghina, memberi dan bersedia menerima nasihat, menolong teman, saling memaafkan, dan lainnya.

 

A (Ajeg/Istiqomah )

 Istiqomah dapat diartikan sebagai sikap konsekuen atau konsisten terhadap perjanjian yang telah disepakati. Sikap ini merupakan amanat al-Quran, di antaranya QS. Hud ayat 112, “Maka beristiqomahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Santri MA Model Zainul Hasan dididik istiqomah melalui latihan disiplin dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan pengajaran selama 24 jam, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali untuk selalu berprestasi di setiap waktu.

 

N (Nasihat)

 Agama adalah nasihat. Demikian sabda Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan lainnya. “Untuk siapa?” Tanya para sahabat. “Untuk Allah, Kitab, Rasul, para pemimpin muslimin dan mereka secara umum.” Jawad beliau. Nasihat merupakan kata komprehensif bermakna segenap kebaikan yang diarahkan kepada orang yang dinasihati.

Santri MA Model Zainul Hasan dididik nasihat melalui latihan menganggap bahwa nasihat bukan mendikte kita, melainkan pemberitahuan atas adanya binatang berbisa di kita yang akan membunuh kita. Sehingga, agar kita selamat dari bisanya, kita bisa dengan mudah menerima nasihat.

 

T (Taqwallah)

 Takwa merupakan prestasi akhir suatu ibadah. Sebagaimana kita berlomba lari, garis finish merupakan tujuan kita. Hal ini merupakan perwujudan firman Allah SWT, di antaranya QS. Al-Ahzab ayat 70, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. Saat kita mampu melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya baik dalam keadaan sepi maupun ramai, lahir dan juga batin berarti kita telah mampu mencapai takwa.

Santri MA Model Zainul Hasan dididik taqwa kepada Allah SWT melalui latihan diri sebagai insan yang hina dan tidak pantas bermaksiat, senantiasa mengingat kebaikan Allah SWT, dan kematian.

R (Ridhallah)

 Ridha Allah SWT merupakan harapan tertinggi dalam ibadah. Ridla Allah SWT menjadi sumber kenikmatan dan karunia penyelamat dari segala bahaya.

Santri MA Model Zainul Hasan dididik mendapatkan ridha Allah SWT melalui latihan berkata dan berbuat baik sesuai perintah hati kecil paling dalam dan merasa yakin dengan hal itu, sehingga kegalauan, keraguan, dan ketakutan tidak akan pernah dirasakan.

I (Ikhlas)

 Ikhlas adalah apa yang ada dalam tujuan amal murni untuk mendekatkan diri kepada Allah. Demikian menurut Imam Ghazali. Ikhlas terjadi saat kita berbuat kebaikan semata-mata hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Santri MA Model Zainul Hasan dididik menjadi ikhlas melalui berlatih diri menganggap pujian dan celaan adalah sama, melupakan pekerjaan baiknya,  dan lupa hak perbuatan baiknya untuk memperoleh pahala di akhirat.

 

Dengan begitu, tiap santri yang lulus dari MA Model Zainul Hasan diharapkan mampu hidup dengan senantiasa berperilaku santri; sopan santun, ajeg, nasihat, taqwallah, ridhallah, dan ikhlas.